Tahu perasaan ekstasi super exciting kayak waktu kita
menemukan tempat super keren? Bukan karena tempatnya super ‘wah’ atau gimana.
Tapi karena orang-orang ditempatnya atau cerita yang berputar di balik tempat
tersebut.
Baru tiga-empat kali saya berkunjung ke Kedai Lentera.
Selalu, tempat itu mengejutkan saya dan selalu bikin saya pulang dengan
bahagia. Di Kedai, saya menemukan orang-orang yang juga suka dan lebih ahli
dengan hal-hal yang saya suka, di konteks ini tentang ethnicity, budaya, dan
dunia.
Pernah bertemu sama orang yang suka hal yang sama dengan
kita, tapi saking mereka lebih ahlinya, kita sampai ngga ngerti apa yang mereka
omongin? Karena level mereka lebih tinggi daripada kita dan kita cuma bisa
bengong sapi ompong tapi bahagia dengerinnya.
Itu yang saya temuin di Kedai Lentera.
Terakhir kali saya ke Kedai Lentera (beberapa hari yang
lalu), saya berniat membawa teman saya yang berasal dari Jepang kesana untuk
ngobrol dengan pemilik Kedai Lentera. Kebetulan, teman Jepang saya itu seorang
‘nasionalis NKRI’ dan lagi bikin thesis tentang Indonesia paska-Soeharto.
Sementara si pemilik Kedai, saat saya berkunjung ke Kedai beberapa waktu
sebelumnya, bilang kalau ada film lawas tentang tentara Jepang yang membantu
orang Indonesia dalam merebut kemerdekaan, dia juga bilang tentang beberapa hal
berhubungan dengan Jepang dan
kemerdekaan Indonesia yang tidak tertulis dalam sejarah mainstream Indonesia.
Saya pikir, pas banget kalo mereka bisa ngobrol!
Tapi tampak jodoh belum bertemu, sang pemilik Kedai kebetulan
sedang juga kedatangan tamu dari tempat yang jauh dan sang turis Jepun juga
harus pulang cepat malam itu. Pertemuan yang mungkin bisa menjadi perbincangan
yang menarikpun batal terjadi.
Si turis Jepun dan beberapa teman lain pulang, saya dan satu
teman lagi tetap tinggal, bertukar kata setelah sekian lama tak jumpa.
Sering kali, kalau lagi pelesiran atau ngebolang entah
kemana, saya selalu berharap bisa ketemu orang random, berbincang tentang
hal-hal yang tidak bisa dibicarakan sehari-hari, menemukan pengalaman sederhana
yang menyentuh hati dari orang-orang tersebut.
90% nya, saya gagal menemukan ‘pengalaman’ tersebut.
Tapi malam itu adalah 10%nya. Lagi-lagi, Kedai Lentera
mengejutkan saya.
Di tengah-tengah obrolan saya dengan teman saya itu, tiba-tiba
saya dengar suara lengkingan khas.
Lagu Grace.
Jeff Buckley.
Serentak saya dan teman saya bersorak ria. Penasaran, saya
bertanya ke orang yang lagi jaga kasir dan ternyata benar, dia yang pasang lagu
tersebut. Kami akhirnya beranjak dari kursi dan nyamperin si penjaga kasir.
Saya bahkan sengaja minta salaman dua kali buat kenalan sama
dia, yang ternyata adik dari pemilik Kedai (tapi bukan yang ingin saya temukan
dengan si teman Jepun, ada satu lagi pemilik Kedai). Soalnya, bener-bener
bener-bener sedikit sekali orang yang suka sama Jeff Buckley. Ini bukan
persoalan hipster dan musik keren yang jarang orang dengar.. Musik,
ujung-ujungnya pasti cuma masalah selera, akumulasi situasi pengalaman dan
perasaan sang pendengar saat bertemu dengan musik tersebut, dan relatedness
musik tersebut dengan diri si pendengar saat itu.
Untuk saya, musiknya Jeff Buckley adalah contoh terkonkrit
dari teori tersebut.
Akhirnya, setelah kita bertukar nama, kita duduk bareng
(didepan meja kasir) dan bertukar pengetahuan tentang band-band favorit
sejam-dua jam. Bergantian kita memasang lagu-lagu dan ngobrol ringan
menyenangkan.
Malam itupun saya pulang dengan perasaan sederhana-bahagia
—‘pengalaman’ yang jarang saya temukan.
Oh ya, saya bukan buzzer (seperti banyak di twitter) yang ngepromosiin Kedai Lentera.
Ini benar-benar pengalaman personal. Mungkin kalau anda datang kesana tidak
akan merasa sama dengan saya.
Tapi tidak salah juga sharing tentang Kedai Lentera, mungkin
anda malah meng-experience tempat itu dengan lebih ‘wah’ daripada saya. Jadi
silahkan dicoba, Kedai Lentera berlokasi di Jl. Sawo Manila No. 10, Jati
Padang, Pasar Minggu. Dekat sekali dari Universitas Nasional dan Pejaten
Village.
Semoga berguna J
No comments:
Post a Comment