Friday, January 16, 2015

Ethanol lol

Periode yang mendebarkan dan menakutkan.

Banyak momen yang menampar muka, banyak juga momen yang seperti mengulurkan tangannya, "Ayo pegangan sini! jangan jongkok terus."

Mereka juga ada banyak. Ada yang datang, ada yang pergi, ada yang harus kita relakan untuk lepas, dan ada yang kita sambut kedatangannya tanpa kita duga.

"Guru yang mencari murid, bukan murid yang mencari guru"

Semakin kesini, saya juga jadi bosan dengan debat-debat yang ada.

"...yang kiri jadi kanan, kanan jadi kiri."

Kenapa terus-terusan cari kesalahan orang yang di seberang?

"...aku bukan marxist, tapi kalo lagi sebelahan sama kamu, ya aku jadi marxist"

Untuk pertama kalinya saya menemukan cita-cita.

"Mereka tidak sadar, bahwa kebalikan dari profound truth, bisa jadi profound truth juga"

Mari, jadilah sekotor-kotornya dan sevulgar-vulgarnya. Mentah namun dengan kompleksitas yang tinggi.

Saya mau jadi kontradiktif semaksimal mungkin.

"Non Plus Ultra"

Keanggunan Matrilineal Minangkabau...

Saya antifeminisme—seharusnya 'perempuan' itu diatas 'laki-laki'. Sayangnya nilai-nilai feminin yang mencerminkan 'Ibu Pertiwi' atau bahkan Matrilinealitas Minang, tidak semua orang memilikinya. Saya mengagumi perempuan-perempuan yang kuat, bukan yang kawaii-kawaii. Oedipus?Masokis? mungkin, entahlah. Seperti para Dali-Dali ke semua Gala-Gala nya.

Minang menarik karena kontradiksi-kontradiksinya. Mungkin saya ignoran dan terlalu menyederhanakan, tapi liat saja:

Egaliter tapi entrepreneurial
Matrilineal sambil mendorong para laki-laki untuk rantau

oh argumen saya tak cukup kuat. tapi tetap menarik untuk saya.

I wanna be old and sad, while sitting in a throne made of stock portfolios and copies of Indonesian maestro's paintings, and unused chinese food packages. Built all those sky-scrapping things, built my own cosmogony.

People like Buckminster Fuller... and Elon Musk.

and the house of Medici—oh, Lorenzo the magnificent!

AND YOU Cosimo II YOU IDIOT FUCKFACE WHY THE HELL DID YOU LET ROMAN CHURCH FUCK GALILEO UP YOU FUCKING SPOILED ASSHOLE FUCK.         GOBLOK

I secretly hope one of my daughters would worship Tesla as her rockstar idol.

*hey man, you seem to like the person more than their ideas*

Yes and i like the kulit ayam more than the daging.

"It is only shallow people who do not judge by appearances. The true mystery of the world is the visible, not the invisible...."

contradickheaddddddd
K*nt*ldiksiiiiiiiiiiiiiiiiii

Thursday, January 1, 2015

Penyesalan selalu datang di belakang—suatu kebenaran yang tak terpatahkan. Ada seseorang yang pernah bilang kepada saya, "lebih baik aku menyesal karena ngelakuin sesuatu daripada nyesel karena ngga ngelakuin sesuatu itu."
Dan hebatnya, penyesalan terbesar saya adalah tidak melakukan yang seharusnya saya lakukan dengan orang yang bilang kalimat itu tadi.

Melihat ke belakang, saya banyak mengakhiri hubungan dengan orang-orang yang cukup penting di dalam hidup saya dengan tidak baik-baik.
Mementingkan ego dan bias saya sendiri; saya pernah membuat orang yang sangat penting untuk saya—orang yang membentuk, mengubah, menghancurkan, dan membangun lagi 'Poska' yang ada sekarang ini—mengucapkan kata-kata terakhirnya kepada saya dan menjadi pisau yang tak pantas untuk saya cabut dari bilik kiri dada ini

"Kenapa kamu gak bisa bahagia untuk aku, kayak aku bahagia untuk kamu"

Kenapa menjadi pisau? Karena saya tidak pantas untuk tidak senang untuk orang itu. Orang yang telah terbebani jauh jika harus dibanding-bandingkan. Orang yang rela melakukan apa saja. Orang yang tetap bisa melangkah ke depan dan menerima, let go and keep moving forward. Dan Ia bisa tetap bahagia untuk si mahluk terkutuk ini, meski harus mungkin melihat hal-hal yang mencabik-cabik hatinya sendiri.

Sementara saya... saya tetap memaksakan dan menyumpal ego saya ke mulutnya. Meski, untuk pembelaan saya sendiri, ego tersebut timbul karena tidak ingin melihat seseorang tersebut menderita karena orang lain. Tapi tahu apa saya? Tahu apa saya tentang pilihan-pilihan hidupnya?

Saya menjadi orang yang paling tidak pantas, sepantas-pantasnya orang, untuk memaksakan egonya untuk Ia yang sudah membuang egonya untuk saya.

Dan saya menyesal. bukan menyesal karena sudah mengenal seseorang tersebut. Menyesal karena harus ditutup dengan kata-kata pisau tadi.

Saya bersyukur bisa pernah bersama orang tersebut. Saya menyadari, mungkin memang kapasitas saya tak cukup untuk membahagiakan dia. Paling tidak, untuk sekarang.
Dan mungkin memang Ia ada di dalam hidup saya untuk mencuci Karma saya yang dahulu. dan tugasnya sudah Ia laksanakan untuk saat ini.

*Karma adalah hal yang lucu, bahkan saat kita menyadari dengan penuh sadar bahwa tugas mencuci karma kita sudah selesai—dan menertawakan hal tersebut dengan penuh sadar—pada akhirnya "selesai" punya caranya sendiri yang dimana penyelesaian tersebut tidak kita sadari seperti tadi saat kita menertawakannya.*

Untuk itu saya tidak bisa menyia-nyiakan Karma yang telah Ia cuci; kerangkeng yang telah Ia buka.

Dan bersama itu, setelah ini akan menjadi ajang pembuktian untuk saya kepada seseorang tersebut. Juga kepada Perempuan yang menghembuskan nafas terakhirnya di pelukan ombak.