Monday, February 23, 2015

So What

So if the world attained it's peace
its people unite in harmony
send flowers to each other
no more wars to bother

So if the world had enough
Tired of its insecurity
Tired of its constant dangers
Axis WMD Internet spionage Terror Bigbrotherly Industrial Complex

So if the people held hands together
empathy over egotism
foods over bombs
'The Little Prince' over 'The Prince'

Dear peacemaker of the world,

where would you think all of those enormous piles of sophisticated knowledge that many State (Empire)'s intelligence agencies had build over the years would go?

The dustbin? Second-hand bookstores?

Sunday, February 22, 2015

Lucut

Manusia itu menyeramkan. Yang lebih menyeramkan lagi adalah hal-hal yang mereka lakukan atas nama sebuah label.

Masih banyak yang tak terima dengan embel-embel komunisme dan PKI. Ada yang sebegitu bencinya melihat seorang (kandidat?finalis?)Putri Indonesia dari Semarang yang memakai kaos berwarna merah dengan gambar palu dan arit di instagram perempuan tersebut. Sampai mereka berkoar-koar "Jangan sampai terulang lagi", "Tidak ada ruang untuk PKI", dan berbagai macam teriakan lainnya yang penuh akan kebencian.

Saya merasa sedikit... takut, dicampur dengan sedih dan muak. Mungkin kejadian diatas tidak lah segitu pentingnya. Paling cuma sensasi sesaat.

Tapi, bayangan dimana seorang individu bisa dilucuti dari segala kekompleksitasannya sebagai manusia, lalu dikerdilkan menjadi sebuah label. Dan dengan label itu saja sudah cukup untuk menjustifikasi segala perbuatan yang bisa dilakukan kepada individu tersebut...

meski setelah dipikir-pikir lagi itu adalah hal yang sangat natural yang kita selalu lakukan (dan saya sendiri adalah pigeon hole freak), tapi tetap seram jika dibayangkan seperti itu...



Yang saya bingung, yang berkoar-koar ini adalah orang Jawa juga. Mungkin harus diteliti lagi perbedaan dampak dari insiden 65 di tempat yang berbeda-beda. Tapi... untuk saya melihat kejadian ini, adalah seperti melihat seorang kawan melayu muslim sumatra yang berkoar-koar penuh benci setelah melihat seorang figur masyarakat memakai embel-embel kejawen.

Padahal mungkin tokoh tersebut memang sudah dari sananya dibesarkan dengan sudut pandang kejawen.

Belum lagi, kalau kembali ke soal 65-pki-komunisme, makin banyak diskusi-diskusi baik bentuk perbincangan maupun format lainnya seperti film yang menunjukan sisi lain dari insiden 65 tersebut.

Bahwa tidak semuanya itu Hitam dan Putih. Yang negara bantai saat 65 itu kebanyakan orang-orang yang 'dituduh' komunis.

Tambah lagi, mungkin kalau ditelusuri secara sosiologis, kejadian 65 itu bisa juga ditarik konklusinya sebagai konflik perebutan kuasa atas Tanah.

Intinya, banyak sisi yang bisa ditarik, yang kita tidak ketahui, dan yang memang disembunyi-bunyikan oleh pemenang sejarah.

Yang saya masih sedih saat melihatnya... adalah ke-bigot-an (nggatau yang bener nulisnya kayak gimana) kita di Indonesia.

Saya sadar—dan saya selalu menolak ketika ada yang bilang saya itu open-minded, karena—everyone is ignorant in their own ways. Everyone is a bigot for something. Istilahnya, saya ignoran/bigot untuk hal-hal yang menurut pandangan saya adalah hal yang ignorant/bigot.

Jadi satu sisi saya menerima itu. Tapi di sisi lain saya tetap merasa sedih. Sedih disini bukan merendahkan yang lain. Saya beneran merasa kayak... ditusuk, disedot life-juicenya, setiap saat melihat kejadian-kejadian seperti itu.

Cengeng memang. tapi ya mau gimana.

Wednesday, February 18, 2015

Pertanyaan dan Pikiran saat ini

1. Sekuler

Ada kesan di Indonesia bahwa 'sekuler' itu berkonotasi buruk. Setahu saya, sekulerisme itu sendiri muncul disaat pemerintahan yang dikuasai oleh institusi agama—CMIIW, di zaman renaissance dimana Gereja menguasai semuanya—itu korup dan jahat. Makanya sekulerisme itu muncul untuk melawan kebobrokan tersebut.
Yang membuat saya penasaran, seandainya sejarah itu berbeda: kebobrokan pemerintahan yang dikuasai institusi agama itu terjadi di dunia Islam (pasti terjadi sih), mungkinkah 'Sekulerisme' versi dunia Islam akan muncul? atau malah memang sebenarnya sudah ada/terjadi namun tak sekedengaran 'Sekulerisme' versi pemikiran Barat?

Kenapa saya berpikir begini karena saya gatel sekali ingin orang-orang yang mengecap 'sekuler' dengan konotasi negatif untuk bereksperimen dalam pikiran seperti yang diatas itu:

Mungkin, di sebuah pemerintahan yang bercorak Islam yang ternyata korup, bobrok, dan lain-lainnya, akan muncul sebuah gerakan/pemikiran 'sekuler' yang ingin menyelamatkan rakyat dari kekejaman pemerintahan tsb.

P.S. setelah dipikir-pikir lagi, kesannya terlalu naif kalau bilang sekulerisme muncul untuk melawan institusi agama yang total korup dan jahat. Pasti tidak sesimpel itu.


2. Internet

Di jaman millenial ini untuk 'sukses' anda harus punya jejak-jejak di social media. Mulai dari Twitter, facebook, sampai LinkedIn dan berbagai macamnya.

Ini tak penting, tapi membuat saya kepikiran saja nanti kalau di saat melamar pekerjaan, perusahaannya menuntut saya (secara tidak langsung) untuk mempunyai berbagai macam socmed tersebut.

Sementara tidak sedikit dari kita tahu soal Google, NSA, dan Wikileaks.

Baru-baru ini ada sebuah komik kecil yang membandingkan Brave New World dengan 1984. Dimana sang pembuat komik tersebut lebih seperti ingin meyakinkan kita bahwa dunia kita sekarang lebih mengarah ke Brave New World—dunia yang ketergantungan dengan pleasure dan hal-hal superficial/trivial yang tak penting.

Namun menurut saya, dunia kita yang sekarang justru seperti perpaduan dari kedua buku tersebut—tapi ya nggak selebay di buku-buku itu lah.

Misalnya, kita selalu share/post hal-hal yang kita suka, kita pamer-pamerkan segalanya di Social Media—yang disaat yang sama menjadi sumber penghasilan Google dan korporasi lainnya. Dari perilaku kita di internet, mereka bisa memanen data untuk dijadikan informasi untuk bisnis-bisnis lain.

Benar-benar perpaduan keduanya: adiksi kita akan pleasure tersalurkan di Social Media dan di saat yang sama kita di pantau terus-menerus oleh Big Institutions (not my bro).

3. Konspirasi

saya kurang suka sama konspirasi-konspirasi yang berhubungan sama illuminati/freemason. Malah buat saya pribadi, secret society macam illuminati itu menyenangkan. Kan mereka mengedepankan science dan pemikiran rasional, kok sekarang malah dibilang penyembah setan? Jadi yang Setan siapa nih? :|

Rasanya lebih masuk akal kalau para conspiracy theorists itu menyebut 'Old World Order' sebagai tujuan dari orang-orang yang mereka musuhi itu. Iya dong, para 'penguasa' ingin berkuasa dan menahan tahtanya—tak akan mau ada perubahan atau pergeseran dari tahta mereka.

Blweh. proyeksi mulut di dalam pikiran saya saat mengetik ini saja langsung pahit rasanya ngebahas beginian.

4. Topengnya: wajah orang biasa. Pas topengnya dibuka: ternyata mukanya Vendetta :o

Bagaimana caranya untuk tak tersentuh oleh hukum? Bagaimana caranya untuk bisa melepas diri dari ideologi? Menjadi individu yang berselancar diantara sistem—tidak terseret.

Orang-orang yang tahu dan bisa melakukan hal-hal tersebut, justru bukan lah figur atau tokoh yang terkenal di masyarakat.

5. Musik

Saya bosan dengan musik.

6. Presiden

Belom pernah coblos/ikut pemilu secara resmi. Ingatkan saya waktu calon presidennya bertato atau berniat ngebakar gedung DPR.

7. PDF

Saya menemukan website yang isinya pdf-pdf gratis dari buku-buku 'terlarang'. Neh,

http://www.pdfarchive.info/

Tapi isinya 70% soal zion yahudi konspirasi2 tetek bengek, 25% buku-buku berbahasa prancis.
nah sisa 15% nya itu harus dicari dengan sabar. Saya nemu banyak buku yang menarik walau susah nemuinnya. Misalnya, buku tentang 'apa yang bisa kita lakukan kalo federal agent ngetok pintu rumah kita', tentang nutrisi, tentang how to survive in a social chaos, tentang kenapa peradaban bisa hancur, tentang kode-kode rahasia yang dipake sama badan intelejen, dan yang paling hebat...

tentang G-SPOT.

8. Mormon

Ada 2 orang Mormon dari Amerika yang lagi menyebarkan 'kasih tuhan' di Beppu. Kebetulan mereka ke rumah saya. Sayangnya, roomate saya keturunan tionghoa yang ktp nya ngga sengaja islam dan keluarganya kristen—ktp, bapak dan dianya sendiri ateis.

Akhirnya, bukannya kami yang disuruh berkunjung ke gerejanya tapi jadi mereka yang sering ke rumah kami. Beberapa kali saya menyuruh mereka untuk masuk ke dalam rumah dan berbincang di ruang tengah, berhubung di luar dingin juga. Sedikit ada rasa khawatir juga sebenarnya, kalau tau-tau dua pemuda tersebut jadi kepengaruh.

Baru-baru ini, roomate saya yang lain memasang korek api berbentuk titit (oleh-oleh dari malioboro dari teman) di gantungan tali untuk menyalakan lampu.

Let's see how they react to it when they come next time.

9. -

Mengikuti saran di blognya Dewi Lestari,

Kita harus “penuh” dulu sebelum bisa “memenuhi” orang lain. Cinta bukanlah dependensi, melainkan keutuhan yang dibagi.

10. SSDD

Dari Charlie Hebdo, ISIS, KPK vs Polri, Ragnarok yang ngebantai Thor dan sodara-sodaranya, Peter Parker mati diganti sama Doc. Oc terus balik lagi Peter Parker—dan berbagai hal yang kian ramai mengambil perhatian saya,

saat ada seorang kawan yang menyapa saya, "What's up?"

"Nothing much."

"SSDD."

"Same Shit Different Day."